Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waspadai Paham Radikal Di Indonesia


Kita harus tau asal mula gerakan Taliban, gerakan Taliban dimulai dari para pelajar mahasiswa yang militan yang bermarkas di masjid-masjid, musholla-musholla. 

Ketika itu membangun semangat jihad melawan kependudukan Sovyet, dan dari itu kemudian berjuang, sudah barang tentu dapat dukungan dari Amerika dan negara-negara Eropa dan NATO. 

Ringkas cerita mereka menang, Sovyet lari meninggalkan Afghanistan. Sayangnya Taliban waktu itu belum kuat persatuannya sudah bicara dasar negara, ada yang Islam ada yang Nasionalis dan terusnya.

Nah, belum selesai membangun kekuatan persatuan sudah bicara ideologi negara, yang terjadi apa? Perang saudara yang tidak berkesudahan, Islamnya pun tidak terlealisir.

Waktu itu pernah datang ke kantor saya utusan Taliban itu, setelah diterima oleh wakil presiden lalu mampir ke PBNU, saya ceritakan bahwa dulu Indonesia ketika sidang tanggal 18 Agustus tahun 1945 baru saja sehari merdeka ada namanya piagam Jakarta dengan bunyi tuju kata dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya, orang-orang non muslim keberatan dengan tuju kata itu, karena ini kalau dijalankan maka syariat Islam akan menjadi konstitusi dan dasar negara, maka nanti akan menjadi negara Islam, wal hasil orang-orang non muslim keberatan terutama dari Indonesia timur.

Maka setelah berdebat lama, kiyai Wahid Hasyim bapaknya gusdur anggota tim inti 9 PPKI dengan bungkarno, Hata, kohar muzakkir, Agus Salim, Abi kusno leimena maramis, Muhammad Yamin, Wahid Hasyim setuju tujuh kata dihapus, itupun atas izin ayahandanya kiyai Hasyim Asy'ari yang ditebu Ireng Jombang waktu itu.

Apa artinya?  

Masalah Islam nanti lah, kita ini yang penting bersatu dulu, kuat dulu persatuan kita, kuat dulu tanah air kita, eksis dulu kekuatan kita, baru nanti kita bicara Islam setelah kekuatan itu ada.

Artinya apa?

Setelah disepakati negara Pancasila kemudian tujuh kata dihapus, mari hidup ditengah-tengah negara yang berdasarkan Pancasila ini kita membangun agama masing-masing dengan penuh toleransi. Dengan Pancasila kita sholat kita bangun masjid kita haji, umroh puasa, begitupun dengan yang Hindu Budha dan lainya diberi kebebasan masing-masing dalam negara yang berdasarkan Pancasila. Itu semua saya sampaikan pada Taliban waktu itu.