Setelah Taliban Menang
Sepanjang pertengahan hingga akhir Agustus 2021, kita menyaksikan berbagai keriuhan setelah Taliban mengambil alih pemerintahan Afganistan. Meski belum terbukti, banyak orang mengaitkannya dengan ancaman global terorisme. Begitu pula di Indonesia, muncul berbagai narasi yang mewaspadai kebangkitan terorisme.
Pemerintah mencoba mengantisipasi dampak kemenangan Taliban di dalam negeri. Dalam rapat di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, dibahas soal posisi Indonesia terhadap kemenangan Taliban. Meski tak membahas kategori Taliban sebagai kelompok teroris, pemerintah mengklaim akan terus membersihkan radikalisme dan terorisme.
Wartawan majalah ini menemui sejumlah pejabat yang mengetahui lebih jauh soal antisipasi pemerintah. Dari para narasumber itu, kami mendapatkan informasi bahwa pemerintah tak ingin kemenangan Taliban memicu aktivitas kelompok teroris. Rapat di Kemenkopolhukam juga membahas soal gerakan kelompok teroris di dalam negeri setelah Taliban menguasai Kabul. |
Pasukan Taliban berparade di Qalat, Afganistan, 19 Agustus 2021. Reuters |
Salah satu yang disorot adalah aktivitas simpatisan Jamaah Islamiyah yang berpengalaman mengirimkan personel ke Afganistan. Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaidah, organisasi yang dulu dipimpin oleh Usamah bin Ladin, itu ditengarai mulai berkonsolidasi. Sorotan juga tertuju pada kelompok simpatisan Islamic State in Iraq and Syria alias ISIS. Apalagi, ditengarai ada sejumlah warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Provinsi Khorasan.
Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri pun menciduk 53 terduga teroris dari berbagai wilayah sepanjang bulan Agustus. Dari jumlah itu, 50 di antaranya merupakan simpatisan Jamaah Islamiyah, sisanya pendukung Jamaah Ansharut Daulah yang terafiliasi dengan ISIS. Sebelum kemenangan Taliban pun, lembaga telik sandi sudah mengawasi pergerakan kelompok teror tersebut.
Kami mewawancarai sejumlah orang yang mengetahui gerakan simpatisan Jamaah Islamiyah. Memang, kemenangan Taliban disambut dengan gegap-gempita di sejumlah grup percakapan. Putra Abu Bakar Ba’asyir, mantan pemimpin JI, pun memberi informasi bahwa ada sejumlah orang ingin berangkat ke Afganistan. |
Abu Bakar Ba'asyir keluar dari Lapas Gunung Sindur, 8 Jannuari 2021. Antara |
Tapi benarkah Jamaah Islamiyah, juga kelompok teror lain, berniat merencanakan teror dalam waktu dekat? Apakah memang kelompok yang terlibat dalam sejumlah aksi teror besar seperti bom Bali itu masih memiliki sumber daya untuk menyulut ledakan-ledakan lain? Bagaimana peta kekuatan JI setelah Densus 88 menangkap Para Wijayanto, amir organisasi itu, pada 2019?
Kami pun menelusuri sistem pendanaan Jamaah Islamiyah. Di bawah kepemimpinan Para Wijayanto, kelompok itu bisa mengelola duit hingga ratusan miliar. Duit itu ditengarai mengalir ke kelompok teror di luar negeri. Laporan utama soal dampak kejatuhan Kabul, ibu kota Afganistan, bisa dibaca di edisi terbaru Majalah Tempo, Setelah Talibang Menang.
Selamat membaca. Sehat selalu!
Stefanus Pramono |