Mencintai Keluarga Nabi Muhammad
Mencintai Nabi, keluarganya dan orang-orang yang dekat dengan nabi
Mawlana Shaykh Nazim (q) mengatakan bahwa Allah (swt) memerintahkan kita untuk ta`zhiim al-Nabiy (saw) (تعظيم النبي), memuliakan, menghormati Nabi (saw) dan mencintainya. Dan Rasulullah (saw) menginginkan kita untuk mawaddah lii qarabatihi (الْمَوَدَّةَ لى الْقُرْبٰىته) mencintai keluarganya, orang-orang terdekatnya, sebagaimana yang diperintahkan dalam al-Qur'an,
اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ
Allah (swt) telah memerintahkan untuk menyayangi orang-orang terdekatnya. (QS Asy-Syuura, 42: 23)
Mawlana Shaykh Nazim (q) mengatakan bahwa orang-orang terdekat itu ada dua: ma`nawiy wa zhaahiri (معنوي و ظاهري). Ada yang dekat secara fisik dengan Rasulullah (saw), mereka adalah para Sayyid, yang mempunyai hubungan darah dengan Rasulullah (saw) dan nasab sucinya; dan apa pula yang dekat secara rohaniah. Jadi Rasulullah (saw) memerintahkan kita untuk mencintai orang-orang yang dekat dengannya baik secara fisik maupun rohani.
Allah (swt) berfirman,
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ
"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri" (QS Al-Ahzab, 33:6)
Artinya, beliau (saw) lebih utama untuk dicintai daripada kalian mencintai diri kalian sendiri. Beliau (saw) lebih utama untuk dipatuhi daripada kepatuhan kalian pada diri sendiri dan beliau lebih utama untuk dihormati daripada diri kalian sendiri; beliau (saw) adalah prioritas kalian. Itulah sebabnya ketika Sayyidina `Umar (ra) mengatakan, "Wahai Rasulullah, aku mencintaimu lebih dari segalanya kecuali diriku sendiri." Dan pada Hadits sebelumnya Rasulullah (saw) bersabda bahwa tidak sempurna keimanan seseorang hingga ia lebih mencintai aku daripada yang lainnya, sehingga Rasulullah (saw) menjawab, "Wahai `Umar, engkau masih belum mencapai hakikat Iman." Mendengar hal itu, Sayyidina `Umar (ra) lalu mengatakan, "Yaa Sayyidi, sekarang aku mencintaimu melebihi diriku sendiri," dan dikatakan bahwa pada saat itu Rasulullah (saw) menggenggam erat tangan Sayyidina `Umar (ra).
Dr. Nour Kabbani