Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah sahabat Umar dimarahi istrinya

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, RasulullahS.A.W bersabda :

وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّصَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَبَرَ عَلىَ سُوْءِ خُلُقِ امْرَأَتِهِ أَعْطَاهُ اللهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ مَا أَعْطَى أَيُّوْبَ عَلَى بَلاَئِهِ


Artinya : “ Barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan istrinya makaAllah S.W.T akan memberi pahala kepadanyaseperti pahala yang pernahdiberikan Allah S.W.T kepada Nabi Ayyub AS atas cobaan yang diterimanya"

Diriwayatkan, ada seorang lelaki datang kepada Umar bin Khaththab r.a. dalam suatu riwayat laki-laki itu bernama Abu Dzar al-Ghifari, sedangkan dalam riwayat lain menyebutkan bahwa laki-laki tersebut adalah abi abdillah, dengan maksud mengkonsultasikan sikap dan perilaku istrinya. Lelaki itu berdiri di depan rumah Umar menunggu beliau keluar. Kebetulan ia mendengarkan istri Umar yang sedang menjelek jelekkan Umar dengan ucapannya yang lantang. Sedangkan Umar bin Khaththab diam saja tidak menjawab sepatah kata pun. 

Lelaki itu kembali seraya bergumam, "Kalau keadaan Amirul Mukminin saja seperti ini, apalagi saya."

Sahabat umar yang terkenal tegas dan ditakuti oleh musuh, bahkan setan pun takut padanya. tapi hanya bisa diam saat dimarahi istrinya.

Tak lama kemudian Umar keluar melihat lelaki itu berpaling mundur kembali, lalu dipanggil dan di tanya, "Apa keperluanmu?"

Jawab lelaki itu, "Wahai Amirul Mukminin, saya datang untuk mengkonsultasikan perilaku istriku yang sangat menyakitkan saya. Lalu saya tahu ternyata istri anda juga demikian, apalagi keadaanku.

Sahut Umar sambil tersenyum, "Wahai saudaraku, Aku ini butuh ucapan kasar istriku karena hak-hak istriku yang semestinya aku cukupi. Istriku memasak makanan, membuat roti untukku, mencuci pakaianku, menyusui dan mendidik anakku. Hatiku puas dan tenteram karena terhindar dari perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu, aku menerimanya sekalipun dimarahi,"

Sahabat tersebut lalu bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?."

"Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja," jawab Umar bin Khattab