Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hubungan suami istri yang baik dan benar menurut islam

Adab Berhubungan Badan

Ada beberapa etika dalam  melakukan jima’ yang harus diperhatikan oleh suami istri. Meliputi 3 macam sebelum hubungan, saat melakukannya dan 3 macam sesudahnya.


Sebelum Jima’

  1. Mendahului dengan bermesra agar hati istri tidak merasa tertekan dan mudah melampiaskan hasratnya. Sampai ketika nafasnya naik turun serta tubuhnya menggeliat dan ia minta dekapan suaminya,  maka rapatkanlah tubuh (suami) ke tubuh istri.
  2. Maka janganlah menyutubuhi istri dengan posisi berlutut, karena hal demikian sangat memberatkannya. Atau dengan posisi tidur miring karena dapat menyebabkan sakit pinggang. Dan jangan memposisikan istr berada di atasnya, karena dapat mengakibatkan kencing batu. Akan tetapi posisi jima’ yang paling bagus adalah meletakkan istri dalam posisi terlentang dengan kepala lebih rendah daripada bokongnya. Dan bokongnya diganjal dengan bantal serta kedua pahanya diangkat dan dibuka lebar-lebar. Sementara suami mendatangi istri dari atas dengan bertumpu pada sikunya. Posisi inilah yang dipilih oleh para fuqaha dan para ahli medis.
  3. Beretika saat hendak memasukkan dzakar. Yaitu dengan membaca ta’awudz dan basmalah. Disamping itu hendaknya menggosokkan penis di sekitar vagina, meremas payudara dan hal lainnya yang dapat membangkitkan syahwat istri.

Ketika Jima’

  1. Jima’ dilakukan secara pelan-pelan dan lembut.
  2. Menahan keluarnya mani saat birahi bangkit, sambil menunggu sampai istri mengalami inzal. Yang demikian dapat menciptakan rasa cinta di hati.
  3. Tidak terburu-buru mencabut dzakar ketika ia merasa istri akan keluar mani, karena hal itu dapat melemahkan ketegangan dzakar. Juga jangan melakukan ‘azl (mengeluarkan mani di luar vagina) karena hal itu merugikan pihak istri.

Setelah Jima’

  1. Meminta istri tidur miring ke arah kanan agar anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin laki-laki, insyaAllah. Bila istri tidur miring ke arah kiri maka anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin perempuan. Hal in berdasarkan hasil uji coba riset.
  2. Suami membaca dzikir dalam hati sesuai yang diajarkan Nabi, yaitu:“Segala puji milik Allah yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushaharah. Dan adalah Tuhanmu itu Mahakuasa.” (QS. al-Furqan ayat 54).
  3. Disunnahkan berwudhu ketika hendak tidur dan membasuh dzakar bila hendak mengulangi jima’. 

Dinukil dari sumber yang bisa dipercaya bahwa, barangsiapa saat menyetubuhi istrinya didahului dengan membaca basmalah, surat al-Ikhlas, takbir, tahlil dan membaca:

Kemudian suami menyuruh istrinya tidur miring ke arah kanan, kelak jika ditakdirkan mengandung istrinya akan melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki dengan izin Allah.

"Aku (As Suyuthi) telah mengamalkan dzikir serta teori ini, dan aku pun menemukan kebenarannya tanpa ada keraguan. Dan hanya dari Allah sajalah pertolongan itu”. Demikian tadi adalah penggalan  komentar Imam as-Suyuthi.

Sebagian ulama mengatakan: “Barangsiapa menyetubuhi istrinya lalu ketika merasa akan keluar mani (ejakulasi) ia membaca dzikir:

Maka jika ditakdirkan mengandung, istrinya akan melahirkan anak yang mengungguli kedua orangtuanya dalam hal ilmu, sikap dan amalnya, insyaAllah.”

Penulis kitab Hasyiah al-Bujairami 'ala al-Khathib, tepatnya dalam sebuah faidah, menyatakan: "Saya melihat tulisan Syaikh al-Azraqi yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, di sana tertulis bahwa seseorang yang ingin istrinya melahirkan anak laki-laki maka hendaknya ia meletakkan tangannya pada perut istrinya di awal kehamilannya sembari membaca doa:

Maka kelak anak yang dilahirkan akan berjenis kelamin laki-laki. InsyaAllah doa ini mujarab.