Ia lahir dengan darah biru, tumbuh dalam asuhan cinta ayah ibu. Saat masih belia sang ayah meninggalkannya selamanya. Masa nakal remajanya berakhir ketika ia pergi ke Yogyakarta, tanah rantau pertamanya. Ke Universitas Al-Azhar, mesir, ia melanjutkan kembaranya. Tetapi ia kecewa, Mesir tak kuasa menawarkan dahaga pengetahuannya. Ia lantas berkelana ke baghdad dan memperoleh gelar akademik di sana. Seperti meneguk air samudera, dahaganya semakin parah saja. Belanda, Jerman dan Prancis menjadi tujuan berikutnya. Untuk bertahan hidup di benua biru ia menjadi buruh kasar dengan upah secukupnya. Siapa sangka kelak ia menjadi orang nomor satu di indonesia .
Novel yg sangat inspiratif ini menceritakan banyak hal yang jarang diketahui orang tentang kehidupan Gus dur sebelum ia dikenal sebagai guru bangsa, Ditulis seseorang yang begitu mengenal dunia pesantren dan Gus Dur. Novel yang patut dibaca siapa saja, terutama para santri.